Hari ini sang Kakak Menyusul___


Catatanku saat sang adik pergi bahkan masih berada dipermukaan ketika hari ini kembali Allah berkehendak memanggil kakaknya.

Namun demikianlah.

Pena telah kering, lembaran-lembaran telah diangkat. Apalagi yang bisa kami katakan selain itu. Bahwa yang terjadi  telah menjadi takdirNya.

Pagi itu saat semuanya baru saja dimulai. Rutinitas. Anak-anak sudah berangkat ke sekolah, saya juga sedang bersiap ke tempat kerja ketika kabar di WAG keluarga membuat waktu sejenak terhenti. 

[Meninggalmi] Dengan emoticon menangis setelahnya. Dikirim salah seorang adikku yang berada di sana. 

Baby twins yang tidak lagi berdua, karena sang adik harus lebih dahulu Allah panggil. Dan hari ini sang kakak menyusul. 

Kalian benar-benar hanya sebentar. Jika kukatakan kita belum berkenalan dengan baik saat sang adik pergi, maka ketika tiba giliran kakaknya, kalimat itu masih basah. Iya, itu baru tiga pekan lalu saat kami dengan berat hati harus mengucapkan selamat jalan padanya. 

Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun. Sesungguhnya kita ini milik Allah dan akan kembali padaNya. 

Nak, bahwa ini yang terbaik untuk kalian. Kembali ke kharibaanNya. Kalian tidak perlu berpayah-payah atas dunia yang boleh jadi nanti, teramat  kejam. Kembali dalam dekapan rahmatNya menjadi bidadari-bidadari syurgaNya. Kelak dihari kemudian engkaulah yang menyambut Ibu Bapakmu di pintu syurgaNya. 

Seseorang yang membantu proses pemakamannya  bahkan menyelutuk, "ini suatu kesyukuran karena masih bayi, daripada nanti setelah besar malah makin berat melepasnya." Entahlah mungkin maksudnya menghibur agar tidak terlalu berlarut-larut dalam kesedihan. 

Tapi kehilangan tetap saja sangat menyedihkan. Ibunya tak henti menitikkan air mata. Dan pemandangan paling pilu itu ketika seorang ayah harus membopong anaknya untuk dikuburkan. Apa yang lebih sedih dari itu, mengingat mimpi kemarin tentang anak-anak ini teramat indah. Mimpi melihatnya tumbuh besar, dan menjadi pelengkap kesempurnaan bagi Bapak Ibunya. Bahkan setiap ayah tentu saja berharap anaknyalah kelak yang mengurus jenazahnya dan menggotongnya ke liang lahat. Tapi kenyataan yang sungguh terbalik. 

Sungguh setiap ketetapanNya adalah yang terbaik. Dititipi seorang anak adalah amanah, jadi ini juga tentang kesiapan untuk menjaga dan merawatnya.

Semoga dengan kejadian yang baru saja terjadi, kehilangan yang beruntun, membuat mereka belajar dan mengambil hikmahnya.

#catatan, Jumat 15 Desember 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Juni's Mine___