Juni's Mine___
Saya memikirkan judul diatas sesaat setelah teringat juni adalah hari lahir suamiku. Maka yang terbersit kemudian adalah 'juni's mine' bahwa juni adalah milikku. Bukan berarti tidak ada orang lain yang berhak atas bulan ini. Tidak. Ini hanya seperti sebuah kecintaan pada sesuatu lalu kita serta merta mengklaimnya. Klaim ini tentu saja hanyalah pernyataan sepihak, bukanlah menjadi sebuah kesepakatan atau pernyataan kepemilikan yang tidak bisa diganggu gugat.
Jadi setiap orang boleh mengklaim demikian.
Seperti saya kali ini menganggap juni adalah milikku. Ah, lagian setiap bulan adalah hak semua orang.... Silahkan memilih mau mengklaim yang mana.
Dia suamiku, seperti seorang dari planet lain yang teramat berbeda, yang datang ke bumi untuk orang-orang sepertiku.... Haha kita meminjam lirik lagu yang sedang populer itu, ya.
Sebab rasanya tak kutemukan kata untuk semua hal baik yang telah diberikan padaku. Sebuah cinta tanpa batas, penghargaan tiada henti, sebuah sabar tak berbatas, dan segenap kasihnya tanpa tapi.
Dia mencintaiku sedalam itu.
Iya, diapun manusia biasa dengan seluruh kekurangannya. Namun segenap kurangnya tidak membuat hal yang lebih padanya menjadi kecil, apalagi tak terlihat. Maka apalah arti kekurangan itu.
Bahwa atas seluruh waktu yang telah kami lewati ini adalah sebuah perjalanan penuh warna. Maka, dia adalah teman perjalanan yang menyenangkan.
Dua puluh empat tahun yang lalu saat pertamakali kami bertemu, tidak lebih seperti pertemuan-pertemuan umum lainnya. Kami tidak mengenal istilah cinta atau suka pada pandangan pertama atau cerita-cerita cinta dalam drama dari cinta menjadi benci atau semacamnya. Bahkan teramat membosankan untuk akhirnya empat tahun kemudian dia datang ke orang tuaku dengan membawa serta ibu dan kakaknya, memintaku baik-baik untuk menemaninya dalam perjalanan panjang mengarungi biduk yang bernama rumah tangga.
Meski saat datang lagi-lagi saya tidak menyangka dia seserius itu, karena sepanjang empat tahun mengenalnya saya masih saja takut menaruh percaya. Bukan karena dia tidak layak dipercaya. tapi sepertinya itu tentang diriku, bahwa saya yang tidak memiliki kepercayaan diri untuk bisa melangkah serius bersama. Entahlah masa muda penuh warna membuat sakral pernikahan teramat horor. Yang akhirnya tidak sedikit upayanya untuk terus menerus meyakinkanku.
Satu duakali kami saling melepaskan, saling menjauh hanya untuk menguji seperti apa sebenarnya perasaan-perasaan kami.
Pada akhirnya harus kuakui, perasaannya tak terbantahkan, kesabarannya kokoh, dan yang paling penting dia tulus menerimaku apa adanya.
Hari ini rasanya masih sama setiap perasaan-perasaan itu.
#Catatan13Juni
Komentar
Posting Komentar