Diujung Senja___

Waktu terus berjalan, pagi yang dijanjikan pun malam-malam sebelum tidur. Ada banyak hal yang terjadi lalu selesai dan berlalu. Silih berganti. Dan tidak ada sama sekali  jejak disini. 

Iya, ini benar-benar terlewat berhari-hari bahkan bulan lalu catatan ini kosong. Tidak ada apa-apa di sana.  Bukan karena tidak ada apa-apa hanya saja lagi-lagi waktu seolah enggan diajak kompromi. Saat telah memiliki kesempatan sekalipun, keinginanku mengkhianatiku  memilih hal lain yang memang lebih seru tapi sekaligus melenakan. Scroll, lalu lupa. Waktu pergi tanpa sempat menyadarinya. 

Begitulah, drama itu terus berulang dan kembali terjadi. 

Tapi baiklah, kali ini izinkan saya kembali menyapa. Menorehnya dalam lembar-lembar catatan ini. 

Iya, kita tidak bisa senang setiap hari terhadap sesuatu yang bahkan kita katakan itu adalah hal yang paling menyenangkan. 

Seperti halnya menulis. Tidak ada yang suka setiap hari menulis. Terus menerus tanpa henti seperti seharusnya sebuah pembiasan agar diperoleh habit menulis yang tentu saja diperlukan agar makin terampil. Ini selalu tentang disiplin. 

Disiplin untuk terus melakukannya, baik dengan penuh semangat atau sedang malas-malasnya. Tetap konsisten bahkan jika mulai terasa menjemukan. 

Namun begitulah, kita telah paham dengan semua teori-teori itu. Tapi tetap saja tidak membuatnya menjadi lebih mudah. 

Dan untuk sejenak ini seperti berada diujung waktu. Lalu menyadari banyak hal telah dilewatkan dan tidak ada kesempatan untuk bisa mengulangnya apalagi untuk kembali dan memperbaiki. Menyesal? Bahkan itu tak berguna lagi.

Nyatanya itu sering terjadi. Menyadarinya setelah semuanya benar-benar telah berlalu. Sebuah akhir telah di depan mata dan tidak ada lagi hal yang bernama kesempatan. 

Ah, semoga tidak terlambat untuk kembali memulainya. Bahkan jika senja telah berada diujungnya. Bukankah malam bisa saja menjadi panjang, bersama sunyi yang boleh jadi lebih menenangkan. 

#JanganBerhenti.