Waktu ke Jogja__Dan Catatan yang Baru Selesai
Entahlah, apakah saya bisa menulisnya lagi. Sudah lama tidak menulis catatan perjalanan seperti ini. Dulu saat rajin-rajinnya pun, tetap merasa hasilnya tidak bagus. Kurang inilah, itulah. Bedanya saya tetap semangat menyelesaikannya. Maka kali ini saat sudah lama tidak melakukannya dan entah kemana semangat yang dulu menyala itu, boleh jadi ini akan berakhir sama.
Tapi baiklah, pun jika tidak utuh, suatu hari nanti saat semangatku kembali menyapa semoga ini menjadi awal untuk kemudian melanjutkannya.
Saat memulai menulis ini, saya, dan rombongan sudah di hotel. Magrib tidak lama lagi. Perjalanan sejak subuh tadi membuat hal yang ingin segera dilakukan adalah beristirahat dan tertidur. Jalan-jalannya nanti-nanti saja, ini masih hari pertama dari empat hari ke depan di tempat ini.
Tapi setelah makan malam tadi, tetap ada beberapa rombongan kami yang keluar melihat lihat suasana malam di jogja. Mereka melupakan lelah. Iya, kesempatan ini tidak mungkin dilewatkan, kita tidak selalu bisa ke jogja, bukan. Mengingat hotel kami hanya sejarak beberapa langkah dari Jalan Malioboro yang merupakan ikon keramaian kota ini. Tidak sabar ingin segera menyusurinya, lupakan letih perjalanan.
Sebagian peserta dalam rombongan ini memang anak muda. Mereka masih penuh energi, untuk terus menikmatinya hingga malam. Konon siang dan malam tidak ada bedanya bagi mereka. Tapi semoga hanya dalam kunjungan ini, karena bagaimanapun tubuh kita didesain PemilikNya untuk beraktivitas siang hari dan malam untuk beristirahat.
Sometime later....
Saya harus menambahkan 'beberapa saat kemudian' di paragraf ini sengaja pakai bahasa bahasa inggris biar terlihat keren. Karena ternyata tulisan ini memang akhirnya tidak selesai. Hanya tiga bait, bahkan belum menceritakan apa-apa selain keluhan, lama tidak menulis, sesampai di hotel dan segera ingin tidur saja. Setelahnya benar-benar stuck.
Perjalanan dari Jogja sudah berlalu beberapa pekan.
Baiklah saya ingin mencobanya kembali. Mengedit beberapa bagian. Semoga setelah selesai akan menjadi cerita istimewa seistimewa kota Jogja.
Iya, Jogja istimewa. Demikian selalu Daerah ini digambarkan dalam cerita-cerita. Satu hal yang tidak ingin kulewatkan setelah sampai di sana adalah segera mengambil gambar di depan patung seni wajah Pangeran Diponegoro. Selalu, mengesankan rasanya. Untuk sejenak benakku dipenuhi lintasan-lintasan kisahnya, bersama seluruh pasukannya dalam perlawanan dan perang yang cukup panjang melawan penjajah waktu itu. Teringat kudanya yang dalam novel sejarah tentang beliau yang pernah kubaca, laksana anak panah saking cepatnya bahkan dalam beberapa kisah itu sangat ajaib. Juga beberapa pengikut setianya yang menemaninya masuk keluar hutan dalam beberapa keadaan, kondisi Pangeran Diponegoro yang mulai sakit-sakitan.
Iya, Jogja istimewa dengan semua kisah kepahlawanannya. Jogja istimewa dengan semua hal istimewanya.
Hari pertama tiba, Kami langsung menuju Pantai Parangtritis. Sebagai orang Sulawesi, ini pertama kalinya berada di pantai yang langsung berhadapan dengan samudra luas. Ombaknya sangat tinggi tentu saja. Dan itu pemadandangan yang tak biasa. Saya ingin membayangkan aura mistis dari laut pantai selatan ini. Nyi Roro Kidul, tapi Ah, tidak. Ini tetap pinggiran laut seperti biasanya keadaan pantai itu. Angin laut, debur ombak, panas terik meskipun sudah sore, dan pantai berpasir sejauh mata memandang. Itu benar-benar luas sehingga ada banyak mobil jeep yang disewakan untuk dikendarai sepanjang pantai. Pemandangan tebing-tebing kapur di bagian timurnya menambah pesona kawasan wisata ini.
Setelah puas melihat-melihat. Saya sempat menghabiskan kopi sachet dari pedangang kecil di sepanjang jalan masuk di pantai itu.
Perjalanan untuk besok sudah ada dalam jadwal. Kali ini guide tour yang menemani namanya Mas Deni.
Tapi dari seluruh rangkaian perjalanan ini, berkunjung ke candi Borobudur tetap adalah mahkotanya. Menyaksikan langsung salah satu keajaiban dunia, relief jutaan tahun silam yang masih kokoh berdiri adalah paling istimewanya.
Terlepas dari semua dramanya, kami pulang dengan banyak sekali cerita. Semoga yang baik-baik menjadi pelajaran pun yang kurang menyenangkan tetap ada hikmahnya. Itu adalah oleh-oleh berharga.
Dan tentu saja ucapan terima kasih kepada Pak Dewan, saya tidak menyebut namanya demi menghormati beliau untuk perjalanan yang kedua kalinya ini.
Komentar
Posting Komentar